Pengolahan Blok Cepu

Cepu merupakan kota yang terletak di perbatasan jawa tengah dan jawa timur, gunung kapur membentang dari daerah Rembang hingga Bojonegoro dan cepu juga terdapat di bentang gunung kapur itu, hal ini mengakibatkan jarangnya air tanah yang bersih, juga susah untuk mendapatkan mata air. sejak jaman Belanda  Cepu merupakan daerah yang banyak dilakuakan eksplorasi akan kandungan minyak mentah, saat jaman belanda sumur yang sangat tua terdapat di daerah Ngelobo, minyak mentah akan diambil dari sumur itu kemudian akan diolah di Refinery cepu.


            Minyak merupakan bahan bakar kendaran baik itu kendaran sipil atau pun alutista. Hal ini membuat para pejuang Indonesia mempertahankan Cepu dari ageresi militer, salah satu buktinya adalah ditemukan bahan peledak yang sudah tua pada tahun 2011 di bantaran kali bengawan solo yang berada di Cepu. Kemungkinan bahan peladak itu akan digunakan meledakan jembatan jika tentara belanda akan masuk ke Cepu.
            Karena kota cepu sudah lama menjadi pusat untuk keperluahan penelitian dan pengolahan minyak, maka daerah yang sekitar Cepu yang digunakan untuk eksploitasi minyak tetap dinamakan Blok Cepu walaupun, daerah itu masuk daerah administrasi kabupaten maupun kecamatan yang berbeda
            Saat jaman sudah merdeka explorasi minyak banyak dilakukan oleh PT.Pertamina. Hingga sekarang daerah eksplotasi mulai bergeser ke timur, eksploitasi mulai dilakuan pada jebakan minyak yang baru ditemukan, sedangkan Cepu sendiri menjadi pusat studi bidang perminyakan dan sertifikasi bidang perminyakan di Cepu yang bernama PUSDIKLAT Migas Cepu yang berada dibawah naungan Kementrian ESDM, Sekolah Tinggi Energi Mineral dan Gas
            Kandungan minyak mentah yang terdapat di Blok Cepu sangat lah banyak sekitar 7, 7 triliun kaki kubik minyak bumi, namun untuk untuk melakukan eksploitasi bukan hal yang mudah, banyak aspek yang sangat perlu dilakukan agar eksploitasi berjalan lancer, teutama aspek sosial dan politik. Karena Blok Cepu sudah ditemukan sejak jaman sehingga mempunyai sejarah yang panjang. Berikut sejarah tentang Blok Cepu dalam makalah Prof. R. P. Koesoemadinata, Guru Besar Teknik Geologi ITB:
Sebelum Perang Dunia II: Daerah Blok Cepu dikuasai Shell, yang menemukan lapangan gas Balun-Tobo.
Tahun 1950-1960: Shell kembali ke daerah Cepu dengan nama PT Shell Indonesia, melakukan pemboran di Kawengan dan Tobo.
Tahun 1960: PT Shell Indonesia angkat kaki dari daerah Blok Cepu, kemudian Blok Cepu diambil alih oleh PN Permigan.
Tahun 1965: Wilayah Blok Cepu diambil alih oleh Lemigas.
Tahun 1980: Pertamina Unit III mengambil alih Blok Cepu.
Tahun 1987-1989: Pertamina Unit III melakukan survei seismik, menghasilkan beberapa prospek yaitu Ngrayong dan Wonocolo.
23 Januari 1990: Kontrak kerja sama dalam bentuk technical assistance (TAC) antara Pertamina dan Humpuss Patra Gas (HPG) ditandatangani. TAC berlaku selama 20 tahun, hingga 2010. HPG menguasai 100 persen working interest (semacam saham, atau hak pengelolaan).
Tahun 1990-1995: Dilakukan pemboran eksplorasi di daerah Nglobo Utara (4 sumur), Nglobo Timur (1 sumur), Alasdara (6 sumur), Semanggi (1 sumur) dan Ngliron (1 sumur).
Tahun 1993: HPG melakukan pengeksposan data untuk mencari investor dengan menawarkan 49% saham.
Tahun 1995: Ampolex Ltd dari Australia resmi membeli 49% saham HPG, dengan syarat HPG tetap bertindak sebagai operator. Tidak berapa lama Ampolex Ltd diakuisisi oleh MEPA (Mobil Energy dan Petroleum Australia dan menunjuk MOI (Mobil Oil Indonesia) sebagai representative menyangkut segala hak dan kewajibannya menyangkut kepemilikan 49% saham HPG.
12 Juni 1997: Karena kekurangan dana, HPG menjual 49 persen working interest-nya ke perusahaan Australia, Ampolex. (Belakangan, perusahaan induk Ampolex diakuisisi oleh Mobil Oil. Sementara, pada 1 Desember 1998, Mobil Oil merger dengan Exxon, membentuk perusahaan baru, ExxonMobil Corp).
13 Juli 1998: HPG mengajukan form out (pengalihan seluruh interest-nya) melalui surat no 201/EXE/VII/98.
8 Oktober 1998: Pertamina menyetujui form out HPG, dengan syarat terlebih dahulu dilakukan perubahan terhadap klausul kontrak yang melarang pengalihan working interest ke pihak asing.
Tahun 1998-1999: Diadakan perundingan untuk mengakuisisi 100% saham HPG oleh MOI. Dan bersamaan dengan itu Mobil International sebagai induk MOI diakuisisi oleh Exxon di AS, sehingga bergantilah nama MOI menjadi Exxon Mobil.
8 April 1999: ExxonMobil mengirim surat kepada Pertamina, menyetujui pengalihan 51 persen interest HPG, termasuk semua kewajibannya.
Tahun 1999-2002: MOI melakukan pemboran 3 sumur eksplorasi yaitu: Tapen, Banyu Urip dan Cendana dengan objek Formasi (batugamping di bawah Tawun) yang melampaui ketentuan status sebagai TAC (ada unsur asing dalam kepemilikan saham). Sumur Banyu Urip terbukti menemukan cadangan migas. Guna melegalkan pemboran yang melanggar ketentuan perjanjian TAC tersebut, maka disusun dokumen perjanjian baru yang disebut ”TAC plus” antara HPG dan Pertamina yang ditandatangani oleh Faisal Abda’oe dan disahkan oleh Mentamben IB Sudjana.
            Produksi minyak dalam negeri mulai mengalami penurunan yang sangat memperihatikan. Produksi Crude Oil mengalami penurunan yang cukup tajam. Hal ini dapat memberikan akibat yang sangat buruk terutama dalam bidang energy dan perekonimian di Indonesia, jika tidak ada kebijakan atau aksi untuk menanangani krisis Curde Oil ini, Produksi minyak secara nasional hanya akan mencapai 614 ribu barel perhari, namun jika blok Cepu berhasil dilakukan eksploitasi dan bisa berproduksi, maka minyak nasional akan menjadi 845 ribu barel per hari, hal ini bisa mengurai dampak yang tidak diinginkan dalam sektor energy dan perekonomian, berikut ilustrasi minyak nasional dan Blok Cepu:
            Dari lapangan Blok Cepu itulah minyak Nasional dapat mengalami kenaikan, sebenarnya tidak ada salahnya untuk mengeksplotasi minyak bumu itu, namun perusahaan yang mengoperasiakan kilang-kilang itu adalah perusahaan asing, karena yang mengoperasikan adalah perusahaan aasing banyak profit yang dibawa keluar negeri atau tidak dapat digunakan untuk mensejahterkan rakya Indonesia sendiri
            Oleh karena itu diharapkan semua mahasiswa mengerti akan krisis kemandirian Indonesia terutama dalam energy. Penerus bangsa mendatang adalah mahasiswa periode sekarang, diharapkan mampu memimpin menuju Indonesia yang lebih baik. Saran saya adalah mari kita membuat peusahaan perserikatan untuk mengolah migas, atau saat kita masuk dalam konstitusi, dalam memutuskan kebijakaan harus mengutamakan kepentignan nasional yang lebih penting, jadi Tinggalkan yang penting untuk hal yang lebih penting.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Mengukur Ketebalan Terkoreksi/Mengukur Ketebalan Lapisan

Mineral Halida

Mineral Oksida